Minggu, 30 Desember 2012

Sebelum ini..


Sebelum mata tertanam benih dalam perih, sungguh senyummu adalah saksi
Saksi dimana engkau mengerti namun tiada memahami
Aku yang seorang diri disini selalu saja ingin bisa memiliki
dan apakah itu manusiawi?
Kala itu banyak mimpi-mimpi indah,
Mimpi dimana kita bercerita bebas mengarang sebuah cerita untuk sepenggal masa
Aku yang tak kuasa hanya merintih dalam kesendirian
Malamku kelabu itulah judul puisiku dulu
Awalnya aku berpikir, di singgah sana ku bisa persembahkan sesuatu yang sederhana dan bermakna
Itu sebagai kado hadiah atas penantianmu selama ini
Namun akhirnya semua itu sia-sia, kau hancurkan asa ini
Sikapmu menyakitkanku, jiwamu yang tak labil membuatku menjadi tumbal
Bergantinya pagi dalam hari membuatku semakin terasa sendiri
dan buku sebagai penolongku-lah yang mengklabuhi kebodahan ini
Seolah akulah orang tersibuk di dunia ini, padahal itu munafik
Aku sungguh merindukanmu yang dulu
yang mengembalikan serpihan asa-ku untuk meraih sesuatu yang pasti yang bisa aku persembahkan untukmu
Namun kau hancurkan lagi, akulah tumbal dari hati yang mati
Hingga aku tak tahu harus bersikap apa, berkata apa, dan akhirnya aku mati untuk kesekian kalinya
Wahai perhiasan terindah..
Cukuplah saksi kita adalah saksi bisu
Satu keyakinanku, kelak kau akan menemukan yang lebih baik dari aku dan itulah mimpiku saat ini
Meski dengan ketidakberdayaanku, ku buat kau membenci ku
Aku harap itu adalah nyata untukmu..
Walau mungkin saat kuberucap itu bukan roh dalam ragaku
Semua itu aliansi manipulasi kebohonganku..
Wahai mahkota dunia....
Berlarilah..
Kejarlah apa-apa yang menjadi bagian dari mimpimu
Ketika lelah tengoklah kebelakang, karena disitu masih ada senyum untuk semangatmu.
Selamat jalan, sampai bertemu di mimpi yang berbeda.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best CD Rates